Selasa, 26 April 2011

Musyawarah wilayah AMAN Kalimantan Selatan

Kegiatan ini merupakan ajang pertemuan tokoh-tokoh adat dari perwakilan seluruh balai di Kalimantan Selatan untuk mengorganisir diri dalam sebuah organisasi bersama yaitu AMAN”, begitu kata Juliade selaku ketua Panitia Pelaksana dalam sambutan pembukaannya.

Sesi pembukaan di isi dengan ritual adat ”Nunung Dahupa” dikenal juga dengan istilah Badarah Hidup semacam ritual pembacaan doa selamat,  yang dipimpin oleh salah satu tokoh adat, sebagai permohonan perlindungan kepada Yang Maha Kuasa agar keseluruhan proses acara ini berjalan dengan lancar tanpa gangguan apapun.

Hari pertama di awali dengan seminar tentang Eksistensi Gerakan Masyarakat Adat di Indonesia. Seminar ini menghadirkan Sekjend AMAN, Abdon Nababan sebagai pembicara kunci yang kehadirannya di Meratus disambut suka cita dan semangat menggelora dari seluruh peserta yang hadir. Abdon dengan gamblang menggambarkan gerakan masyarakat adat dibanyak tempat, filosofi organisasi, garis perjuangan serta kelembagaan AMAN.

Pembicara lainnya adalah Mido Basmi, kepala Desa Hinas Kanan, beliau juga adalah tokoh masyarakat adat Kalsel yang pertama kali ikut serta dalam pendeklarasian AMAN tahun 1999 di Jakarta. Mido memaparkan sejarah masyarakat adat Kalimantan Selatan bersentuhan dengan aktivitis pemberdayaan masyarakat dan lingkungan serta sejarah gerakan masyarakat adat di Kalsel yang ditandai dengan lahirnya berbagai macam lembaga berbasis masyarakat adat sejak tahun 1997 hingga sekarang ini.

Diskusi yang dimoderatori oleh Hamsuri (Anggota LPMA) ini berlangsung hingga sore hari dengan antusiasme peserta yang ingin memahami kelembagaan dan garis perjuangan AMAN secara lebih detail. Pertanyaan kritis juga muncul terkait hubungan PERMADA Kalsel dengan AMAN Kalsel yang akan dibentuk. Abdon menjelaskan bahwa pasca Musyawarah Besar AMAN di Pontianak, ditetapkan bahwa anggota AMAN adalah komunitas-komunitas masyarakat adat secara langsung.

Terkait dengan PERMADA Kalsel, sejak awal Abdon menginginkan PERMADA Kalsel bersedia mengambil peran Pengurus Wilayah AMAN Kalsel dengan tanpa merubah nama PERMADA sekalipun. Dalam Muswil ini, jika PERMADA KALSEL menyatakan bersedia untuk mengambil peran dimaksud, maka tinggal dibuat penyesuaian perangkat Kelembagaan PERMADA menjadi AMAN KALSEL. Pilihan lainnya adalah membuat pengurus baru untuk AMAN KALSEL.
Sayangnya, ketua Permada Kalsel, Zonson Maseri, SH tidak bisa ikut serta pada Muswil ini karena dalam keadaan sakit. Ketika dikonfirmasi panitia langsung kerumahnya, beliau menyatakan permohonan maaf tidak bisa berpartisipasi secara aktif dalam Muswil AMAN Kalsel dan menyatakan akan menerima dan menghormati keputusan-keputusan dalam MUSWIL AMAN KALSEL nantinya.

Beberapa keputusan penting dalam Muswil ini, antara lain;

Memilih dan Menetapkan Dewan AMAN Kalsel Periode 2010-2015, sebagai berikut;
1.    Hadi Irawan (Ketua)
2.    Maslah (Wakil Ketua)
3.    Pisan Susanto (Wakil Ketua)
4.    Rukun (Anggota)
5.    Mansyuri (Anggota)
6.    Mansyah (Anggota)

Ketua BPH Terpilih: Mido Basmi, berasal dari Kabupaten Hulu Sungai Tengah.

Berikut adalah sikap dan rekomendasi dari Muswil AMAN KALSEL;
1.    Mendesak kepada pemerintah untuk mencabut izin usaha pertambangan, perkebunan, dan HPH yang merusak lingkungan sehingga merugikan masyarakat adat
2.    Mendesak kepada pemerintah untuk memenuhi hak-hak masyarakat adat dibidang pelayanan pendidikan, kesehatan, transportasi, penerangan, jaringan telekomunikasi, dan akses jual beli
3.    Memohon kepada pemerintah untuk mengakui dan menghormati agama Kaharingan yang dianut oleh masyarakat adat Dayak Meratus
4.    Mendesak kepada pemerintah untuk menyelesaikan sengketa antara pengusaha dengan Masyarakat Adat secepatnya
5.    Menolak kebijakan pemerintah tentang adanya program transmigrasi di wilayah Masyarakat Adat
6.    Mendesak kepada pemerintah agar mengalokasikan sebagian anggaran AMAN Kalsel ke APBD
7.    Mendesak kepada pemerintah untuk membentuk kabupaten masyarakat adat Dayak Meratus
8.    Mendesak kepada pemerintah agar mengakui hak-hak adat masyarakat adat Dayak Meratus.

Muswil ini ditutup dengan acara ritual pengambilan sumpah adat bagi pengurus yang terpilih oleh tetuha adat Masyarakat Dayak Meratus yang dipimpin oleh Bapak Galimun.